Mungkin tak pernah terpikirkan dalam benak kita bahwa ternyata cahaya itu begitu indah. Bahwa cahaya ternyata begitu penting dalam hidup kita, sama seperti air dan udara. Bukankah kita tak dapat hidup tanpa air dan udara. Bayangkan saja jika tak ada air di dunia ini, maka mungkin tak akan pernah ada kehidupan. Bayangkan juga jika tak ada udara di dunia ini. Beberapa menit saja kita menahan nafas rasanya seperti sudah berada di tepi jurang (hehe…. ekstrimnya, di ambang kematian). Kan ga ada seorang pun di dunia ini sanggup menahan nafas begitu lama, bahkan para pesulap yg nekat unjuk aksi mereka dgn menahan nafas pun paling hanya sanggup dalam hitungan menit, bukan jam, hari, bulan & bahkan tahun (ya iyalah). Sama aja seperti air, coba deh kita hidup tanpa air, kita juga akan ada di ambang kematian. Karena kita butuh sekali sama yg namanya air klo kita mo survive. Begitu pula dgn cahaya. Coba deh kita pikirkan, apa jadinya kalo dunia ini tanpa cahaya, dunia yg gelap gulita. Bayangkan betapa bosannya & garingnya, seolah-olah dunia itu cuma begitu2 aja.
Sesungguhnya indahnya dunia bisa kita lihat & nikmati karena ada cahaya yg meneranginya. Tentu aja ga lepas dari peran mata, sebagai salah satu dari sekian banyak karuniaNya Allah. Mata & cahaya tuh saling tergantung deh, gak ada mata ya ga bisa nangkep cahaya, gak ada cahaya pun mata jadi gak punya fungsinya. Sungguh kita sebenarnya harus benar-benar bersyukur dgn nikmat Allah yg satu ini. Apalagi jika mata kita masih sanggup berfungsi normal, masih sanggup melihat semua yg ada di dunia ini (tentu aja bukan utk melihat yg haram lho…). Gimana coba kalo seandainya Allah memberikan kita cobaan “mata yg tak bisa melihat” (buta)? Bayangkan saja, kita gak akan bisa ngeliat apapun, kemana pun yg ada hanyalah gelap, gelap, dan gelap. Tapi bukan berarti mereka2 yg tak bisa melihat ini lantas boleh lalai utk mensyukuri nikmatNya lho. Buta itu bisa jadi sebuah kenikmatan tersendiri jika kita memandangnya dgn positif. Kan jadinya godaan utk melihat yg haram ga ada, trus bebas deh mata dari dosa mata, dosa melihat yg seharusnya tdk dilihat. Hehehe… Lagipula biasanya mereka2 yg tak bisa melihat ini dikaruniai Allah kelebihan2 yg lain, kelebihan yg bisa mereka jadikan potensi utk menjadi pribadi yg Subhanallah. So, buta bukan berarti nestapa lho… Tapi tetap saja, nikmat melihat jelas lebih nikmat daripada nikmat tak bisa melihat. Coba deh kita lihat kembali diri kita. Masih punya mata yg fungsinya normal aja kita sering tdk mensyukurinya. Ada aja yg bikin kita ga puas dgn semua yg sudah Allah berikan kepada kita, padahal yg Allah berikan itu adalah yg terbaik utk kita lho… Ya, mesti banyak2 beristigfar aja deh, & ingat2 kembali QS ArRahmaan “Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yg kamu dustakan?”.
Punya mata yg normal tapi yg ada gelap doang, kapan ayo kita seperti itu? Yup, pas mata kita lagi ditutup kain terutama kain hitam yg super tebel, hehehe… ato pas mati lampu di malam hari yg begitu gelap gulita. Untungnya, kalo mati lampu pas malam hari, masih ada cahaya bulan & bintang yg menerangi malam… Tuh kan, di saat gitu aj, Allah masih tetep sayang sama kita, nyiptain yg namanya bulan & bintang yg memberikan cahayanya di malam hari (gantian ama matahari yg memberikan cahayanya di pagi hari). Lucunya, pasti deh kalo sudah malem2 mati lampu kita sibuk ngomel2 sendiri, mulai dari A sampe Z semua dikomentarin & diomelin. Padahal tetep aj sebenernya kita masih bisa dapat penerangan cahaya walo minim sekali, misalnya dari lilin ato lampu emergency. Emang sih kita ga bisa ngapa2in selain duduk manis menunggu lampu nyala kembali (y iyalah, klo lampu mati kan karena listriknya mati, hehehe…). Ya banyak2 bersabar saja, mensyukuri nikmat gelap, hehehe….
Ya begitulah, sungguh ternyata CAHAYA itu BEGITU INDAH….
Nih, ada syairnya Allah tentang cahaya yg juga BEGITU INDAH…
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah baratnya, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah pembimbing kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS AnNuur 35)
* selepas maghrib ditengah temaram cahaya lilin yang ternyata baru kusadari begitu indah (091206, 6.22 pm)
1 comment
indah…..minta izinnya copy moga bermanfaat….mksh….