Lima belas tahun yang lalu…
Sang pecinta hujan terasing sendiri pada malam yang begitu mengelam, hingga bahkan ia tak tahu pada landasan seperti apa ia berpijak. Lima tahun usianya baru saja menyejarah, dengan dasternya yang telah telah kumuh terserak lumpur dan debu jalanan aspal. Ia merasa ketakutan yang sangat!
Gelap… Semuanya bukanlah sebuah tempat yang telah biasa ia datangi. Dalam bayang-bayang yang ada, ia tahu sebuah gedung menjulang dengan lapangan semen yang besar terbentang, namun ia terlalu takut untuk melompati pagar itu karena bahkan ia sendiri tak mengerti bagaimana cara memanjat. Lagi pula ia dilempar di sini, di pinggir aspal kelam yang telah sepi dari deruman kendaraan dan ia sudah tak ingin kemana-mana lagi.Sebuah memori yang tak pernah akan hilang meski sekuat apa pun kau menghapusnya.
Beberapa menit sebelumnya, ada sosok lain disampingnya berjalan terburu, cepat sekali, hingga tak memedulikan sang pecinta hujan yang kepayahan mengiringi langkahnya. Beberapa kali ia mencoba untuk mengingatkan sesosok itu—ia sebut sebagai malaikat tercantik yang pernah ada—dengan meraih tangan halusnya, lalu yang ia dapatkan hanyalah tepisan kasar yang telah melukai, tak hanya lututnya, tetapi juga hatinya! Kemudian, di tengah tuduhan-tuduhan yang tak ia mengerti, sebuah mobil yang ia pikir akan membantunya untuk dapat meredakan kemarahan malaikat cantik ini datang dan berhenti di sebelahnya. Ia merasa tertolong untuk beberapa saat, hingga ia terkejut dengan kekasaran pemilik kendaraan ini saat menarik malaikat cantiknya ke dalam mobil. Lalu mobil ini hanya menyisakan deruan asap knalpot yang sekejap memenuhi paru-parunya.
Ia ditinggal…
Sendiri…
Dan, disanalah sang pecinta hujan masih berdiri, mencoba untuk menangis karena mungkin akan meredakan perasaan kalut yang hinggap di setiap ujung-ujung sarafnya. Tubuhnya telah bergemetar hebat, namun hingga ia letih, ia menyadari bahwa ia masih akan tetap sendiri. Dan ia mulai belajar bahwa malam masih akan bergerak lama, lebih baik ia mencari tempat untuk beristirahat.
Ia—untuk sekian menit—masih berdiri canggung, masih yakin bahwa apa yang telah hinggap dalam lembar kehidupannya ini adalah mimpi dan ia sebenarnya ingin segera terbangun. Sadar bahwa ia masih di tempat tidurnya, dapat kembali merasakan aliran-aliran indah dari tangan malaikat cantiknya. Kemudian berakhir dengan pujian pagi hari dari pangeran pelindung pemilik kendaraan.
Nyatanya, ia tetap harus bertahan sendirian, pada masalah yang tidak ia mengerti. Pada segalanya… yah! Pada kehidupannya…! Ia tiba-tiba membenci semuanya!
Saat itu juga, langit menggemuruh hebatnya, pantas malam begitu mengelam, ternyata mereka tengah mempersiapkan hujan. Tremendum fascinatum!!!
Perlahan untuk kemudian membanjir menggema, ia rasakan setiap tubuh mungil basah hingga daster yang dikenakannya serasa lengket air, rambutnya yang dikuncir terasa pedih hingga ia berusaha sekeras mungkin untuk dapat melepaskan ikatannya. Ternyata tak semudah yang ia bayangkan, ia tersiksa oleh perih karena hujan membuat rambutnya semakin kusut, ia merasa rindu pada kelihaian malaikat cantik yang dapat dengan mudah melepaskan ikatan-ikatan rambutnya tanpa membuat ia merasa kesakitan. Sebuah rindu yang kemudian meredup menjadi benci.
Kemudian, seolah ia telah membuka ruangan lain dalam hati dan pikiran sederhananya, ia merasa air berlimpah yang dijatuhkan dari langit bukan lagi menjadi pengganggu, bahkan kini hujan itu terasa hangat, tubuhnya yang gemetar perlahan menjadi tenang hingga kemudian diam sama sekali. Suara petir yang bergemuruh menakutkan, ternyata sedang berusaha menyanyikan sebuah lagu penghiburan baginya sebuah lagu bersemangat mengenai betapa indahnya dapat berkilat-kilat menari bebas menemani langit, wangi malam dan rumput. Ah segalanya, ia tahu kini ia tak lagi sendiri. Ibu hujan telah membuatnya melupakan segala ketakutannya.
Pada sebuah AKSI…
Sang pecinta hujan mungkin telah berubah banyak, tubuhnya kini telah tak lagi mungil, dan jika ia kembali bersama malaikat cantiknya, ia dapat dengan segera mengiringi langkahnya tanpa harus kesusahan hingga merasakan tepisan kasar yang melukai. Petang itu, di tengah sebuah kolam besar yang menjadi icon ibukota negerinya, ia melihat kembali langit mengelam beserta hembusan angin yang membumbungkan berbagai macam sampah tanda ketidaktertiban masyarakat yang tengah di sebut-sebut oleh sang orator di atas mobil berkap terbuka lengkap dengan berbagai atribut ekualizernya. Seolah kembali menyapa, ia tersenyum saat sang ibu kembali merintikkan air-air dari langit, awalnya pelan dan perlahan, kemudian deras membanjir, persis seperti lima belas tahun lalu. Ia memang tak sedang mengenakan daster kumalnya yang kini telah tenggelam dalam loteng rumahnya, tapi sebuah jaket almamater kebanggaan sedang menyelubunginya dengan rapi hingga ia nampak gagah. Meski demikian, kedatangan ibu hujan yang kembali menyelimutinya dengan kehangatan unik dan menenangkan ternyata kembali mendatangkan sebuah kepedihan yang pernah ia rasakan lima belas tahun yang lalu, tentang malaikat cantiknya, tentang pangeran pelindung sang pemilik mobil. Dan itu, membuat ia kembali termenung dan takut….
*in the middle of night…
*taken from kak Lita (http://terymarlita.multiply.com)
18 comments
apa kabar de?:)
Oow..ini penggalan cerpen tho mba Ta??*fathy kira..:D*
suka main hujan ya? 😀
@mbak Asma: wuuuuuuaaaaa….!!! mbak Asma… miss u ^_~ g nyangka si mbak mampir2 juga ksini.. tersanjung sy mba *halah.. lebay :D* Mbak Asma kpn ke Malang lagi? Ke sini yuk mbak… hehe..
@fathy: kirain ap cah ayu? :p@kak Mona: suka banget kak…..!!! klo perlu tiap ad ujan aq ujan2an gpp kok kak 😀
hujan itu hangat.. hehe *OOT*
@teguh: ya dek.. hujan itu romantis.. *hayah.. smakin OOT*
aku juga sukaaaaa bau hujan…loh??!! ^_^
@mbak Ike: harum kan mbak…*twinks*
I’m love walking in the rain, ’cause no one knows I’m crying
judul tulisannya bagus…lucu ^_^
sejarah mengalir mengiringi pertumbuhan dan pendewasaan diri….
eh, udah di posting niiiihhhh… hehehe… makasih banyak yah udah bantu promosiiii…. hehehehe*mo baca tulisanmu lebih banyak nih!! semangat menulis selalu!!!
hm,,, cr penulisannya asyik.. ^^
cie… tery…
iya nih.. kak tery mah keyen 😀
tu yg bikin tulisannya baru mampir ^_^
ya kak… sama2 ^_^