Mungkin bisa dikatakan, tidak ada seorang pun yang tinggal di tanah air tercinta ini yang tidak mengenal sungai yang satu ini. Ya, Sungai Kapuas, mulai dari zaman sekolah dasar dulu pasti nama sungai ini tersebut sebagai sungai terpanjang di Indonesia. Sungai Kapuas atau dikenal juga dengan nama Sungai Batang Lawi memiliki panjang total kurang lebih 1.143 km. Sungai yang terletak di provinsi Kalimantan Barat ini berhulu di Pegunungan Muller dan bermuara di selat Karimata. Sungai yang tidak pernah kering sepanjang tahun ini melintasi daerah Kab. Hulu, Kab. Melawi, Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak, Kubu Raya hingga membelah kota tempat saya dibesarkan, Pontianak.
Sungai Kapuas memang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Kalimantan Barat. Kalau mau menelusuri sungai ini, di sepanjang aliran sungai akan dengan mudah kita temui berbagai aktivitas kehidupan. Mulai dari keberadaan rumah-rumah yang berjejer di pinggir aliran sungai, gertak yang terbuat dari kayu terbentang daerah pemukiman di sepanjang sungai Kapuas, lalu-lalangnya transportasi air yg mengangkut mulai dari manusia sampai barang-barang kebutuhan sehari-hari, belum lagi tronton-tronton milik perusahan kayu yang turut meramaikan sungai Kapuas. Masyarakat bantaran sungai juga memanfaatkan air sungai Kapuas sebagai alternatif sumber air minum, mencuci pakaian dan bahkan mandi.
Di Kota Pontianak sendiri, sungai Kapuas dijadikan sebagai salah satu objek pariwisata kebanggaan masyarakat. Beberapa tahun belakangan, di pinggiran sungai Kapuas mulai berdiri kafe-kafe pinggir sungai yang membuat suasana semakin semarak. Bahkan salah satu dari kafe yang terletak di Banjar Serasan menyediakan layanan berpesiar melihat-lihat pemandangan sungai Kapuas dengan menggunakan kapal kafe yang bisa kita gunakan sambil menikmati hidangan yang disediakan. Suasana pinggiran sungai akan semakin gegap gempita ketika Hari Raya Idul Fitri tiba ataupun saat perayaan Tahun Baru. Masyarakat kota Pontianak akan tumpah ruah di pinggiran sungai Kapuas untuk menyaksikan atraksi meriam karbit. Ya, siap-siap tutup telinga saja kalau ingin menyaksikan dari dekat, suara dentumannya dahsyat sekali. Saya yang pernah tinggal tidak seberapa jauh dari pinggiran sungai saja bisa dibuat kaget dengan suara dentuman meriam karbit tersebut.
Lalu, apa hubungannya sungai Kapuas dengan saya?
Tujuh belas tahun menetap di Pontianak menjadikan saya memiliki kedekatan pribadi dengannya. Bagaimana tidak, tinggal tak seberapa jauh dari sungai Kapuas membuat saya hampir setiap hari harus menyebrangi sungai tersebut melalui satu-satunya jembatan yang ada kala itu, meretas jalan demi menuntut ilmu. “Barang siapa telah meminum air sungai Kapuas, ia akan kembali lagi.” Dan benar saja, walaupun jiwa dan raga telah berada di tanah Jawa, sesungguhnya selalu ada kerinduan untuk mengunjunginya kembali, mengunjungi tanah tempat saya dibesarkan.
Foto-foto ini saya ambil ketika saya mengunjungi kota Pontianak beberapa tahun yang lalu, di masa saya masih berkutat dengan studi saya di rantau. Pulang ketika liburan yang hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun tentunya membuat saya tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengunjungi sungai yang konon tak pernah kering ini. Saya mengambil gambar ini ketika saya sedang berada di atas sebuah kafe perahu dan sedang menikmati “pesiar” murah meriah ala wisata sungai Kapuas. Ya, saya hanya ingin mencoba merekam denyut-denyut kehidupan di sepanjang aliran sungai Kapuas yang saya lalui.
2 comments
[…] Mendulang Asa di Sungai Kapuas […]
Terimakasih infonya