Saya sebenarnya malu untuk menceritakan kisah ini, bagaimanapun pengalaman ini merupakan aib bagi diriku. Saya malu!
Saya sungguh-sungguh malu untuk menceritakannya. Sungguh saya malu!
Saya sama sekali tidak bermaksud untuk membanggakan diri bahwa saya sudah pernah tidur dengan bule. Tidak! Sama sekai tidak!
Pengalaman ini saya kisahkan, agar orang lain tidak melakukan hal yang sama. Mohon jangan ditiru!
Saya ingatkan sekali lagi ya. Mohon jangan diikuti pengalaman saya ini!
Kalau tidak…..siap-siap saja dengan resikonya!
Resikonya besar sekali! Anda akan menyesal!
Minimal anda akan memperoleh penyakit kulit dan……selebihnya entahlah!
Saya pun sudah merasakan sendiri, dampak negatifnya!
Saya sungguh menyesal!
Seandainya waktu bisa diulang, saya juga tidak akan pernah mau mengalaminya! Tapi apa boleh buat, yang terjadi, telah terjadi!
Kisah ini benar-benar terjadi, justru ketika saya merantau menuntut ilmu di luar negeri. Saya tak percaya ini bisa terjadi! Kejadian ini terjadi di kamar flat [baca: kost] saya. Dan terus terjadi, hampir setiap malam. Tak kuasa untuk saya hindari. Selama ini kami selalu seranjang tiap malam. Dalam satu selimut yang sama.
Teman ranjang saya ini bukan sembarang bule!
Dia bule yang high….
Ya, dia memang high….
Standarnya juga high….
Tapi resiko tidur dengannya sama saja! Very high-risk!
Ya, dia memang “tinggi” (high)
Kalau dalam bahasa Jawanya “bed bug”
Kalau dalam bahasa Indonesianya “kutu kasur”
Tapi karena berada di luar Indonesia, saya sebut saja namanya Si Bule “High”
Saya tak menyangka ternyata di luar negeri juga ada “High”. Kupikir hanya ada di Indonesia. Ini keterkejutan saya yang kedua. Setelah sebelumnya saya baru tahu bahwa di New Zealand tenyata tidak punya native snake. Tidak ada ular “pribumi” di sini.
Saya baru sadar bahwa Si Bule High ini telah menjadi musuh dalam selimut saya setelah beberapa bulan. Ketika awal tiba di Wellington pada Oktober 2017, saya sudah merasakan dampak negatif Si Bule High. Tapi tak menyadarinya.
Ketika pertama kali melihat noda darah di sprei yang berwarna putih pada saat bangun tidur, langsung kepikiran. “Loh iki opo yo?”. Tapi pikiran khusnudzon saat itu. “Ah, apakah darah dari jerawat punggungku?”. Saya cek baju tapi tidak ada noda darah maupun jerawat. Akhirnya saya abaikan. Tapi noda-noda darah semakin banyak di sprei.
Ketika saya merasakan gatal-gatal di kulit, saya berkhusnudzon lagi mungkin karena efek dari kulit saya yang sensitif. Dokter pribadi saya—yang sekaligus sebagai istri pribadi—pernah mendiagnosis dan memvonis saya memiliki “atopic dermatitis”. Dari dulu kulit saya memang sering bermasalah. Suka gatal-gatal. Kelamaan memakai jam tangan, juga iritasi, maka harus sering dipindah ke tangan kiri—normalnya kanan. Kebanyakan pakai minyak kayu putih untuk menghangatkan badan atau perut, biasanya juga berakhir gatal-gatal dan kulit memerah. Mengangkat galon air mineral atau benda apapun—khususnya yang terbuat plastik, besi, atau karet—yang bila motif-motifnya nempel di kulit kelamaan, biasanya di badan atau tangan akan “ngecap” motif tadi. Tangan terlalu lama nempel di pojokan meja kerja, maka juga akan “ngecap” motif pojokan meja, lalu gatal. Kalau sudah berasa gatal, saya mengalami HIG (hasrat ingin garuk) melulu. Kalau kelamaan garuk melulu, maka iritasi. Tuh kan akhirnya cerita aib pribadi!
Kembali ke Si Bule High tadi. Ketika pertama kali berasa gatal di bagian kaki, tangan dan area badan, saya langsung berburuk sangka ke air hangat. Soalnya selama awal tiba di Wellington, saya mandi air hangat melulu, karena memang cuacanya lagi dingin. Dan kebetulan teringat dulu pas pelatihan sebulan di Jepang, juga pernah mengalami gatal-gatal yang sama. Waktu itu juga berpikir karena air hangat, sebab setelah mandi air dingin di Indonesia, semuanya kembali normal!
Singkat kisah, bintik-bintik merah semakin banyak. Jurus kungfu: monyet menggaruk kutu, menjadi keseharian. Gatal-gatal mulu pokoknya.
Hingga akhirnya pada pertengahan bulan Desember 2017 pas summer break, saya harus pulang sebentar ke Indonesia karena harus mengambil jatah dan data awal penelitian. Eh, ternyata semua gatal-gatal hilang. Sehingga pengalaman empiris ini menguatkan hipotesis bahwa saya alergi air hangat.
Saat kembali ke Wellington pertengahan Januari 2018, cuaca cenderung panas (18 – 25 derajat Celcius) sehingga berani mandi air dingin. Malam pertama tidur di flat lelap sekali karena capek, esok harinya mengalami gatal-gatal. Ah kenapa ini. Malam kedua tidur, berasa gatal-gatal lagi. Saya pikir kan padahal sudah tidak mandi air hangat, kok masih gatal. Ketika melihat ada bentol di tangan seperti gigitan nyamuk. Ah aneh, saya—perasaan—gak pernah melihat nyamuk sama sekali selama di Wellington.
Saya langsung mengalami enlightment saat itu. Ini pasti gara-gara musuh dalam selimut. Langsung saya lihat ke sprei, ke bantal, ke kasur. Tidak ada apa-apa. Soalnya saya punya pengalaman lihat Java High biasa nempel di lipatan-lipatan kasur dan meninggalkan noda-noda hitam. Tapi saat saya lihat lipatan jahitan pinggir springbed tidak ada noda hitam maupun muka Bule High. Akhirnya saya paksa tidur.
Paginya, terdorong rasa penasaran, langsung saya coba buka sprei sekali lagi dan akhirnya kelihatan seekor Bule High sedang nongkrong di pinggiran kasur. Dengan penuh rasa kasih sayang, akhirnya saya gites dia. Terjadilah pertumpahan darah. Satu bule tewas. Tanpa berpikir panjang, semua sprei, bed cover, selimut, dan sarung bantal langsung masuk mesin cuci. Sembari menunggu cucian, saya coba mencari lagi di kasur. Tidak ketemu. Pas menjemur cucian, akhirnya nemu satu yang tewas dan satu lagi yang masih sanggup menyintas. Saya gites lagi. Total: 3. Malam harinya pas angkat cucian, cek sprei, ketemu dua mayat Si Bule High. Total: 5.
Sejak saat itu saya memutuskan tidak tidur di kasur, tapi di lantai pakai sleeping bag. Meski saya gak pernah menemukan lagi Si Bule High. Tetapi sampai tulisan ini dibuat, saya masih gatal-gatal dan bahkan menulis sambil garuk-garuk kaki dan punggung. Entah efek gigitan yang berjangka panjang, atau masih ada bule-bule lain yang menemani tidurku!
Note:
More about Bedbug (https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/guide/bedbugs-infestation)
2 comments
Nice story pak, gokil abis ceritanya. semoga diberi kesehatan dan kekuatan melawan bule-bule yang kelasnya high….hehehe…. Salam dari malang
1. Copy/Paste your script or any add any website, blog or
article link.
2. With 1 click our A.I. turns it into an engaging video with slides, images, videos, music
& even voiceover.
3. Upload the video, get ranked on Page #1 and start getting real traffic & sales!