Dreams are the touchstones of our character (Henry David Thoreau)

“Tante, nanti kalau aku udah besar aku pengen kayak Tante Ita. Jadi dokter. Kata Bunda aku boleh jadi dokter.” Ya.. itulah sebuah pernyataan yang keluar dari mulut salah satu keponakanku tercinta. Pernyataan yang membuat saya termenung setelah mendengarnya. Saat itu saya hanya menjawab, “Amin… ya… Nanti Cia kayak Tante Ita ya, nolong orang-orang.” Usianya memang baru 4 tahun, dan entah sudah berapa kali cita-citanya berganti. Beberapa waktu sebelumnya, setiap ditanya apa cita-citanya si kecil dengan lantang selalu menjawab, “Pengen jadi tukang peras susu sapi.”

Dan entah kenapa, saya jadi ingin menggali memori masa silam ketika saya harus dihadapkan pertanyaan yang sama dengan keponakan saya itu.

Mari kita mulai….
Ini beberapa pekerjaan atau profesi yang sering terlontar dari mulut saya di masa lampau..

• Pramugari

Mungkin ini salah satu cita-cita yang paling “gak saya banget” tapi lumayan bikin saya kesengsem di kala itu. Hidup di perantauan membuat keluarga kami selalu menyempatkan untuk pulang kampung ke Jawa satu kali dalam setahun (biasanya mengambil momen liburan panjang). Saat itu, satu-satunya alat angkutan yang selalu kami tumpangi saat mudik adalah pesawat (dulu juga adanya hanya GIA dan Merpati). Nah, itulah yang membuat saya jatuh cinta ama profesi pramugari. Siapa sih yang tidak senang jika dilayani dengan ramah selama perjalanan kita di pesawat, mana pramugarinya pasti cantik-cantik, tinggi, dan langsing. Apalagi saya cukup sering dibantu secara khusus oleh mereka ketika telinga saya berdenging hebat akibat perubahan tekanan udara yang tiba-tiba saat take off dan landing. Jadi ya jangan heran sejak saya TK sampai kelas 3 SD cita-cita saya selalu ingin jadi pramugari, dan itu tidak bisa diganggu gugat. Kalau sekarang mah jauh deh cita-cita itu, soalnya kalau saya ikut tes jadi pramugari pasti tidak lolos di bagian langsingnya, hehehe….

• Ballerina dan Pianis

Gubraks!! Tidak salah nih? Nah ini dia lagi cita-cita aneh yang lain. Ya, jadi ballerina yang juga pianis pernah menduduki tempat tertinggi di pikiran saya ketika ditanya, “Apa sih cita-cita kamu?”. Cantik-cantik (teuteup.. narsis jalan terus ) begini saya dulu saat masih kecil pernah belajar balet lho. Lumayan lama sih, hampir 2 tahun, mungkin sekitar kelas 4-5 SD. Jangan ditanya betapa lenturnya badan saya saat itu, 6 posisi kaki balet ayuk saja, posisi kayang wah gampang banget, disuruh posisi lilin ok-ok saja. Bandingkan sama sekarang, kagak ada lentur-lenturnya eui, hahahaha….

Sayang, ketika masuk kelas 6 saya harus berhenti balet agar bisa lebih fokus dengan EBTANAS dan kebetulan juga kakak pengajarnya harus melanjutkan sekolahnya ke Jakarta. Untungnya ketika masuk SMP, saya sudah tidak bersemangat untuk mengambil kelas balet lagi, hehehe… Nah, kalau pianis gimana? Hmm… Ini sih muncul dari kesukaan saya bermain organ saat itu. Cukup lama memang saya ikut kursus organ, sempat putus saat kelas 6 SD tapi kembali lagi saat SMP. Saking senangnya saya sampai bercita-cita jadi pianis. Lho?? Tapi kan yang dipegang organ, kenapa jadi pianis? Ya maksud hati sih dulu setelah mantap di organ mau minta naik tingkat ke piano. Hehehehe… Lagian kan gak ada yang namanya organis, hehehehe…

• Arsitek

Profesi ini selalu menjadi jawaban selama saya duduk di bangku SMP dan kelas 1 SMU. Walaupun saat kelas 1 SMU sempat mengalami pergeseran menjadi insinyur teknik sipil. Jadi, jangan heran, saat itu saya jadi punya hobi tambahan, bikin denah rumah eui. Awalnya sih bolak-bolak menggambar denah rumah sendiri, lama kelamaan mulai merancang denah rumah imajinasi. Eits.. tapi jangan dipikir tekniknya ala arsitek beneran. Lha, gam
bar gak menggunakan skala-skalaan kok. Jadi ya asal menggambar saja, hahaha….

Kenapa saya ingin jadi arsitek? Mungkin karena kebiasaan saya membaca majalah ASRI kali ya. Dulu majalah itu cukup terkenal sebagai majalah arsitektur. Papa selalu berlangganan tiap bulan, dan punya banyak bendelan majalah ini. Jadi, bagaimana tidak saya yang suka membaca apa saja juga ikut nimbrung membolak-balik halaman demi halaman di majalah arsitektur itu. Cita-cita ini jugalah yang membuat saya sejak awal mula masuk SD dan bahkan sampai sekarang masih saja mimpi ingin kuliah di ITB. (mimpi yang gak kesampaian)

• Peneliti

Nah, cita-cita arsitek itu mulai berubah saat saya mulai terbuka mengenal berbagai perkembangan ilmu pengetahuan. Kecintaan pada mata pelajaran Kimia dan Matematika serta Biologi (hanya yang tentang lingkungan, bioteknologi, dan genetika) membuat saya ingin sekali menjadi seorang peneliti. Ya meneliti apa saja deh, yang penting saya suka. Hahaha… Jadi ya saat itu saya mulai menetapkan hati untuk memilih jurusan teknik kimia atau teknik lingkungan atau farmasi ketika saya harus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan tentu saja harus di ITB, hehehe… Namun, amat sangat disayangkan, ternyata jalan saya bukan di situ (awas… gak boleh menyesal lho)

Nah lho???
Kok dokter tidak ada di list di atas???

Ya, sejak kecil jujur saja saya tidak pernah bercita-cita jadi dokter. Beda sama teman-teman yang lain, yang hobi sekali menjawab “Dokter!!” ketika ditanya tentang cita-citanya. Menjadi dokter baru terpikirkan atas dasar demi orang tua (ceritanya kan saya anak yang baik, birrul walidain eui) ketika saya kelas 3 SMU, itupun tidak akan mungkin terjadi kalau tidak gara-gara saya dapat 10 mutlak di raport untuk nilai biologi saya di caturwulan pertama kelas 3. (Andai tidak pernah dapat 10 mungkin saya masih berontak kali ya, hehehe).

Saat UMPTN pun saya masih sempat melakukan bargaining untuk diberi kesempatan meletakkan Teknik Lingkungan di salah satu pilihan studi. Tapi sayang disayang, bargainingnya tidak berjalan mulus. Jadilah, semua pilihan saya tulis Fakultas Kedokteran. Kok ya Alhamdulillah malah keterima. Jalan rezekinya memang di situ kali ya. Walaupun begitu kadang saya sekarang pun masih meraba-raba, hehehehe… Dan masih terbersit keinginan untuk meninggalkan dunia klinisi (baca- dunia praktek kedokteran) dan lebih mendalami dunia teknik yang punya korelasi dengan medis atau paling tidak ya jadi peneliti lah, baik itu peneliti klinis atau terjun langsung di lapangan jadi peneliti di masyarakat. Tapi sekali lagi Wallahu’alam.. Terserah bagaimana Allah memberikan jalan rezekinya sajalah. Hahahahaha… kok malah jadi sesi curhat begini….

Ya itu saja, sekelumit kisah dari masa lampau…

Teman-teman ada yang mau berbagi cerita tentang cita-citanya di masa lampau tidak?? ^_^

Courtesy:

1. Fotosearch. Stock Photography and Stock Footage The World’s Stock Photography – One Web Site ™
   
2. Istockphoto for Cute Cartoon Ballerina
3. Pianist in London by Rod Carvalho
4. Lico Comp. for Architect
5. N. Chattham for Cartoon Scientist