Okay, setelah beberapa bulan yang lalu sempat mampir ke Bank Kuning-Hitam, inilah saatnya untuk mencoba mereview ulang bagaimana progress atau kinerja dari reksadana yang saya pilih. So far, saya baru berani milih 3 produk reksadana saja, dan itu di 3 Manager Investasi yang berbeda. Selain karena saya masih pemula juga karena sewaktu mengisi kuesioner di Bank tersebut profil resiko saya masih masuk yang konvensional-moderat. It means saya masih belum terlalu berani untuk ambil resiko dengan memilih Reksadana Campuran (RDC) apalagi Reksadana Saham (RDS). Walhasil, berkutat lah saya dengan Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT) dan Reksadana Pasar Uang (RDPU).
Apa sih reksadana itu?
Trus kok banyak macam-macamnya?
Apa aja bedanya?
Dan mana yang paling baik?
Nah, saya tidak akan menjawab pertanyaan itu, karena latar belakang saya bukan orang ekonomi atau financial, jadi kalau saya disuruh menjelaskannya kok kayak tidak pas gitu ya. Jadi silakan googling aja tentang reksadana, bakal banyak nemu sumber bacaan tentang hal ini. Atau mampir-mampir aja ke www.infovesta.com , www.portalreksadana.com, atau websitenya QM Financialnya mbak Ligwina Hananto.
Back to topic, awalnya ketika di Bank Kuning-Hitam saya nyobain pake fasilitas autoinvestnya, itu juga cuma ambil di 2 produk aja. RDPUnya saya beli Mandiri Pasar Uang, sedangkan RDPTnya Schroder Dana Prima II. Kenapa milih itu? Wah itu bakalan panjang penjelasannya. Singkat cerita berikut step by step yang saya lakukan setiap memutuskan membeli produk reksadana tertentu.
- Pahami tujuan investasi
Nah, ini penting banget lho. Kalau kita tidak menentukan tujuan di awal maka yakinlah kita bakal glambyar (tidak ada pandangan/panduan) mau pilih produk yang mana. Karena tiap jenis reksadana itu punya rentang waktu yang berbeda-beda. Dan semua rentang waktu itu akan tergantung pada tujuan kita investasi apa. Apakah untuk dana pendidikan, dana pensiun, dana kesehatan hari tua, dana travelling, atau yang lain. Sekaligus berapa lama waktu yang kita tentukan untuk mencapai masing-masing tujuan tadi.
- Kenali profil resiko diri
Ini mesti dan akan selalu dilakukan kalau kita mau membeli produk reksadana pertama kalinya. Karena hasil dari pengisian kuesioner profil resiko diri ini, personal banker kita di di bank atau agen manager investasi akan menggunakannya untuk membantu mengarahkan kita memilih produk yang tepat sesuai profil resiko kita. Walau ini tidak mutlak sifatnya. Jadi katakanlah, tahun ini kamu tercatat masih di kategori konvensional-moderat. Tapi siapa yang tahu kalau tahun berikutnya kamu berubah di profil yang agresif. Dan gak melulu kalau profilnya konvensional, kita dilarang untuk beli RDS. Itβs up to you..
- Pelajari alternatif reksadana yang tersedia
Berhubung reksadana kan macem-macemnya banyak, dan lagi di dalam tiap jenis reksadana itu produknya banyak banget. Asli bikin bingung deh pas milih. Kalau aku sih, selama ini manfaatin mutual fund chartnya Bloomberg. Jadi calon produk RD yang sejenis aku jembreng di chartnya dan dibandingkan aja performanya per rentang waktu yang kita inginkan, mau 1 hari, 1 bulan, 6 bulan, setahun, 3 tahun, dan seterusnya. Apa yang dievaluasi dari chart itu? Jujur saja aku tidak begitu paham, pokoknya lihat aja bentuk chartnya #janganditiru. Ya itu cara simple yang bisa aku lakuin, kalau mau tau lebih lengkap tanya aja sama financial planner π
- Pahami resiko terkait alternatif tersebut
Ini jangan lupa nih, walau kita sudah punya alternatif, jangan lupa ya liat resikonya apa. Jangan juga karena ingin tingkat return yang tinggi kita maksain diri ambil reksadana saham padahal kita belum siap untuk lihat jatuhnya nilai investasi kita pas pasar lagi merah bin anjlok π So pahamilah resikomu sendiri sebelum memutuskannya.
- Tentukan batas investasi sesuai finansial
Nah, investasi itu tidak boleh dilakukan dengan ngotot. Misalnya gini, katakanlah pendapatan kita sebulan cuma 2.000.000 IDR, terus karena kita lagi semangat banget, kita main investasi itu pendapatan kita pake 50%nya buat investasi. Lha, itu namanya terjun ke jurang. Bisa terganggu cashflow anggaran rumah tangga. Alih-alih investasi, yang ada malah besok kita, pasangan, sama anak tidak bisa makan yang layak karena pendapatannya habis untuk investasi. Jadi, sesuaikanlah dengan kondisi finansial keluarga. Yang pernah aku baca, maksimal kita boleh investasi itu 30% dari total pendapatan kita. Atau dari sumber lain yang pernah aku baca juga, untuk RDPU (max 10%/tahun), RDPT (max 15%/tahun), dan RDS (max 20-25%/tahun).
- Tentukan strategi investasi
Mengatur strategi ini awalnya adalah dengan membaca prospektus, rajin lihat update berita terkait pasar modal, trus browsing sebanyak-banyaknya dan tentu saja bertanya kepada yang lebih ahli. Pokoknya yang namanya baca prospektus itu sifatnya wajib, tidak boleh ditinggalkan sebelum memutuskan untuk membeli produk reksadana tertentu. Setiap produk harus kita liat portofolio investasinya, kinerja masa lalunya (1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, dan syukur bisa dapat yang 10 tahun). Jangan lupa juga liat kinerja manager investasinya dan Asset Under Management. Menurut yang pernah aku baca, semakin banyak aset yang dikelola oleh suatu manager investasi maka semakin baik profil MInya, karena berarti orang-orang banyak yang percaya untuk menitipkan investasinya di MI tersebut. Selain itu juga pertimbangkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan saat membeli RD. Feenya reksadana kan macem-macem itu, ada subscription fee, redeem fee, belum lagi sekarang sudah kena pajak. Jadi ya berhitung dulu sedikit sebelum memutuskan beli. Trus strategi juga termasuk, apakah kita mau beli berdasarkan kondisi pasar, lihat nilai NAB/NAV ataukah pokoknya tidak peduli kondisi pasar seperti apa, investasinya terjadwal (autoinvest). It depends on your choice..
Lha.. kenapa aku jadi bahas ini ya, kan bukan ahlinya π
Ya, setelah 2 bulan secara rutin saya beli reksadana di Bank Kuning-Hitam, saya kok ketagihan ya, dan lagi ada banyak tujuan yang masih belum terwujud investasinya, jadilah saya memutuskan untuk membeli satu produk lagi tapi tidak dengan cara autoinvest, jadi sistemnya pas ada duit baru deh beli. Tambahan saya ambil satu RDPT lagi, kebetulan BNP Paribas Prima 2 kinerjanya lagi bagus banget di 3 tahun belakangan ini dan masuk Top 10 RDPT terbaik versi majalah Kontan. So, cobalah beli-beli si Prima 2 ini. Eh kok ya alhamdulillah kinerja setelah saya evaluasi bagus banget, gak nyesel deh belinya. Semoga aja kedepannya tetep good performance. Dan ternyata Schroder Dana Mantap Plus yang saya pikir bagus, tidak sedahsyat si Prima 2. Padahal Schroder termasuk MI yang favorit dan sudah lama malang melintang di dunia reksadana. Ya tapi BNP Paribas juga bukan pemain baru sih, dia kan dulunya si Fortis ituh.
Saya ketagihan nih beli-beli reksadana, soalnya sejak beli saya jadi rajin nabung buat investasi. Secara tidak langsung dipaksa untuk menyisihkan uang. Tapi juga demi anak sih, soalnya hasil investasinya mau dipake sebagai dana pendidikannya Mas Ganteng, haghaghag.
Ini lagi milihin RDC sama RDS sih, pengen naik tingkat ceritanya π
Pengen nyobain punya produk RDC dan RDS untuk tujuan jangka menengah dan panjang. Semoga bisa segera memutuskan deh, biar tidak kelamaan juga. Karena semakin lama berpikir dan bimbang (alias galau) maka semakin lama juga produknya kebeli dan ujung-ujungnya uangnya malah kepakai buat hal yang lain π
1 comment
udah mulai dr kapan mas…?? hasilnya gimana…?? masih hanya ikut apa udah pernah nyobain dijual unitnya…??soalnya aku br 2 bln..walaupun interest nya dah 2thn yg lalu…tp gara2 min ikut 1,5 jt., blm ada dulu yg 100 rb..jd blm berani