Sebenarnya nice homework ini sudah sejak pekan lalu disampaikan oleh fasilitator di kelas Remidi Matrikulasi Batch 5 Institut Ibu Profesional. Namun, entah mengapa, beberapa hari berselang saya masih belum bergegas membaca ulang tulisan saya yang lalu saat mengikuti kelas Matrikulasi Batch 3. Rasanya sudah hampir setahun berlalu sejak tulisan ini pertama saya buat, namun masih banyak hal yang saya rasa masih sama. Hal yang sama yang saya renungkan. Setiap hari berusaha memikirkan, mendalami kembali, menyelami diri sendiri sembari merenung segala hal yang telah saya jalani selama ini. Ternyata sampai di usia 31 tahun ini, saya masih belum bisa fokus menekuni satu jurusan ilmu di universitas kehidupan ini. Karakter saya yang senang mendalami berbagai macam ilmu, terutama ilmu baru membuat saya mudah melompat ke sana kemari. Namun yang sangat disayangkan, kebanyakan ilmu tersebut hanya sambil lalu saya dalami. Mungkin selama ini saya hanya menuntaskan rasa penasaran dan rasa haus akan ilmu tanpa pernah mencoba benar-benar menekuninya. Satu hal yang sangat menggelitik saya setelah saya menerima materi minggu pertama di kelas Matrikulasi ini adalah fokus dan totalitas. Kembali saya menanyakan kepada diri saya, apakah saya sudah mampu untuk fokus dan totalitas kelak pada jurusan ilmu yang akan benar-benar saya tekuni di kemudian hari? Tentu terlepas apapun ilmunya, saya berharap sedikit demi sedikit ada perubahan yang berarti di dalam hidup saya saat saya menimba ilmu dan tentu saja saya akan berusaha keras agar dapat fokus dan totalitas penuh selama menjalaninya.
Di antara sekian banyak jurusan ilmu yang ada di universitas kehidupan ini, saya ingin sekali benar-benar menekuni ilmu parenting. Duh? kenapa sih harus niat sekali mempelajari itu? Bukankah kamu dan suamimu sudah menjadi orang tua untuk anak-anakmu? Bukankah kamu sudah melakukan berbagai hal yang terbaik untuk anak-anakmu? Lantas untuk apa kamu harus menekuni ilmu yang secara alami pasti akan dijalankan oleh orang tua manapun? Jawaban saya mudah saja, saya adalah hamba Allah yang bersama suami diberikan amanah untuk menjaga dua orang anak. Jika anak-anak adalah amanah dariNya yang benar-benar harus dijaga secara maksimal agar kelak di kemudian hari mereka dapat kembali ke pangkuan Allah dalam keadaan yang paripurna apakah lantas tidak penting bagi saya untuk benar-benar belajar bagaimana cara menjadi orang tua yang terbaik bagi anak-anak?
Ibu Ratna Megawangi di dalam salah satu bukunya menjelaskan bahwa parenting itu merujuk pada suasana kegiatan belajar mengajar yang menekankan pada nilai-nilai kehangatan dan bukan sekedar pendidikan satu arah atau pendidikan tanpa emosi. Sehingga, parenting adalah bagaimana cara orang tua mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini menyangkut semua perilaku orang tua sehari-hari baik yang berhubungan langsung dengan anak maupun tidak, yang dapat ditangkap maupun dilihat oleh anak-anak. Harapannya tentu saja memberikan pengasuhan yang akan berdampak positif bagi kehidupan anak, bagi agama, diri, bangsa dan negaranya. Nah, dari pengertian ini saja, kita bisa memahami bahwa ternyata parenting itu perlu kita pahami secara optimal. Karena sejatinya, membesarkan anak itu tidak hanya selalu urusan menumbuhkannya secara fisik menjadi sosok anak yang sehat namun juga mengembangkan fitrah alaminya agar mampu menjadi hamba Allah yang bertaqwa dan berakhlaq mulia.
Sebenarnya, sejak memiliki anak pertama dulu, saya sudah mulai terdorong untuk menekuni ilmu ini dan berupaya untuk mengamalkannya di dalam kehidupan saya sehari-hari sebagai seorang ibu. Namun, seperti yang sudah-sudah, ilmu ini seolah hanya sepintas lalu saya pelajari. Membaca dari beberapa buku parenting, sesekali membaca dari blog-blog parenting. Tapi lagi-lagi, ternyata saya tidak cukup totalitas dalam menekuninya sehingga masih banyak topik parenting yang masih belum optimal saya pahami. Memahaminya saja belum bulat, bagaimana akan mengamalkannya. Ya, menjadi orang tua itu seolah seperti naik roller coaster. Emosi naik-turun, semangat naik-turun, kesabaran yang naik-turun, seolah tak ada habisnya. Semakin lama saya mengenal anak-anak saya, semakin saya menyadari bahwa ternyata ilmu parenting saya belum ada apa-apanya. Menemani tumbuh kembang anak pertama saya selama 5 tahun dengan segala suka-dukanya. Kemudian, alhamdulillah Allah memberikan kembali amanah anak kedua. Amanah untuk yang keduakalinya ini yang menjadi alasan paling kuat bagi saya untuk serius menekuni ilmu parenting. Saya mau belajar, memperbaiki kesalahan saya di masa lampau saat saya membersamai anak pertama saya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Selain alasan di atas, ada hal lain yang juga mendorong saya untuk fokus dan totalitas menekuni ilmu parenting. Saya berkaca pada kehidupan kedua orang tua saya. Saya mencoba flash back pada masa lampau saya (sebelum saya menikah). Mencoba memahami pola asuh yang orang tua saya terapkan pada saya dan adik-adik saya. Ada banyak hal yang membuat saya sebagai anak merasa tidak puas. Saya tidak berhak menghakimi orang tua saya sendiri. Akan tetapi, setelah saya berada di posisi sebagai orang tua, sedikit banyak saya bisa menimbang-nimbang. Apakah pola asuh orang tua saya tidak tepat? Tentu saja tidak, saya tidak bilang begitu. Saya hanya menyatakan ketidakpuasan saya. Apalagi akhir cerita dari kehidupan pernikahan kedua orang tua saya yang harus berpisah karena keegoisan mereka tentu saja menjadi pelajaran berharga di dalam kehidupan saya. Bagi saya, apa yang terjadi di masa lampau menjadi pembelajaran yang terbaik. Ambil yang baik dan buang yang buruk. Saya percaya, apapun yang meraka lakukan, itu adalah hal terbaik yang dipilih bagi saya dan adik-adik. Petuah dari Ali bin Abi Thalib menjadi pengingat kita sebagai orang tua, “Didiklah anak-anakmu sesuai jamannya, karena mereka hidup bukan dijamanmu.”
Semangat menuntut ilmu parenting ini tentu saja harus saya imbangi dengan berbagai macam strategi menuntut ilmu yang akan saya kerjakan. Yang paling pertama akan saya tata tentu saja masalah niat dan keikhlasan. Semoga sepanjang saya menuntut ilmu parenting niat saya benar-benar demi menjaga amanah Allah sebaik-baiknya, ikhlas lillahi ta’ala dalam menuntut ilmu maupun saat mengamalkannya. Semoga Allah menjaga saya agar niat dan keikhlasan saya ini bisa tetap terjaga sebagaimana mestinya. Selanjutnya adalah memantapkan visi dan misi keluarga. Ilmu parenting ini pada akhirnya akan diterapkan di dalam lingkup keluarga saya sendiri. Sehingga perlu sekali rasanya untuk menyelaraskannya dengan visi dan misi keluarga. Hal yang penting juga adalah menuntut ilmu parenting yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Strategi yang lain adalah menimba ilmu parenting dari sumber yang terpercaya atau valid, jadi tidak asal mengambil ilmu dari sumber yang belum jelas rimbanya atau tanpa referensi yang memadai. Akan tetapi masih memungkinkan mendapatkannya dari sumber yang hanya berlandaskan bukti empiris saja. Sebisa mungkin walaupun buktinya hanya berdasarkan bukti empiris saja, saya mampu mencari sumber lain yang valid yang menunjuk bukti empiris tersebut. Harapannya, dengan menuntut ilmu dari sumber yang benar, informasi atau ilmu yang didapatkan juga tidak tumpang tindih atau asal-asalan sehingga bisa diterapkan secara optimal di dalam mengasuh dan mendidik anak. Yang terakhir, mencatat dengan teratur dan baik ilmu yang saya dapatkan di dalam blog atau akun media sosial yang saya miliki. Saya adalah seorang pembelajar visual dan kinestetik. Saya harus menulis untuk bisa menancapkan ilmu tersebut di dalam otak saya. Maka sebisa mungkin, setiap saya mendapatkan ilmu parenting maka akan saya catat dengan baik dan semoga bisa didokumentasikan secara teratur di dalam blog ini.
Semua strategi menuntut ilmu parenting yang saya rencanakan di atas tentu saja tidak akan berjalan dengan optimal jika tidak diimbangi dengan adab menuntut ilmu yang benar, baik itu adab saya sebagai penuntut ilmu, adab terhadap penyampai ilmu dan juga adab terhadap sumber ilmu. Harapan besar saya, ketika saya sedang berada di dalam proses pencarian ilmu parenting ini saya bisa merubah diri saya untuk menjadi pribadi pembelajar yang lebih baik dari sebelumnya. Kebiasaan menunda mengerjakan sesuatu menjadi tantangan tersendiri. Menjalankan peran di kehidupan sosial, sebagai seorang istri, ibu, dosen, dan dokter tentu saja menjadikan daftar kegiatan harian saya menjadi panjang seolah tanpa ujung. Terkadang godaan muncul, “ah nanti saja”, “ah kan bisa besok”, “kerjain yang ini dulu deh, lebih penting”, dan berbagai alasan lain yang sering melalaikan diri ini. Semoga, saya mampu untuk lebih bergegas dan patuh pada timeline yang saya buat sendiri. Orang yang sukses adalah mereka yang mampu mengatur waktunya dengan baik. Maka, pembelajar yang sukses juga adalah seseorang pembelajar yang bisa mengatur waktunya dengan baik, tiada menjalani hari tanpa mengerjakan hal yang sia-sia dan selalu melakukan percepatan saat menuntut ilmu.
Perubahan sikap yang lain yang juga saya harapkan adalah, merubah diri untuk lebih humble saat menuntut ilmu. Bagaimanapun juga, padi akan semakin merunduk jika semakin berisi. Begitu pula diri ini, semakin berisi berbagai macam ilmu harusnya bisa lebih rendah diri dan tidak legowo menyombongkan diri seolah menjadi pribadi yang paling tahu segalanya. Hal ini terkadang masih sulit untuk dilakukan, apalagi jika kebetulan sebelumnya ilmu yang didapat sudah pernah dipelajari sebelumnya sehingga saya rasa saya perlu usaha yang lebih keras untuk tetap selalu menjadi gelas kosong yang siap untuk diisi oleh air. Bagaimanapun juga, gelas yang sudah terisi penuh oleh air, jika kita paksakan untuk tetap mengisinya maka air tersebut akan tumpah. Begitupula jika gelas terisi separuh oleh air, maka air berikut yang dapat terisi hanya separuhnya. Sehingga penting rasanya, mendorong diri ini untuk siap diisi oleh ilmu dan nilai-nilai kebaikan serta kebenaran dalam keadaan yang kosong agar apa-apa yang diberikan tersebut tidak tumpah begitu saja, namun dapat diserap dengan baik. Semoga, saya mampu senantiasa mengosongkan gelas sepanjang kelas kehidupan berlangsung.
Kemuliaan menuntut ilmu akan dapat menjadi salah satu cara untuk dapat meningkatkan kemuliaan di dalam kehidupan kita. Jika ingin, kehidupan kita mulia tentu saja imbangi dengan kemuliaan menuntut ilmu yang dilakukan dengan cara-cara yang mulia. Semoga dengan mengukuhkan diri menuntut ilmu parenting ini dapat menjadi ibadah bagi saya dan mengantarkan diri ini untuk dapat berkumpul di surga Allah bersama dengan keluarga tercinta. Amiin……
نْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).
1 comment
Catatan yang indah dan penuh perenungan.
Semoga selalu bersemangat belajar, Mbak