Sejak kuliah kembali beberapa bulan belakang ini sudah menjadi ritual bagi saya untuk melakukan perjalanan pulang-pergi Malang-Solo (dan sebaliknya) tiap dua minggu sekali. Awalnya berat sekali rasanya harus meninggalkan keluarga terutama Mas Ganteng di Malang. Walaupun cuma 3 hari saja tapi tetap ada sesuatu yang hilang. Perjalanan pertama diwarnai dengan derai air mata, hidup gelisah di Solo, kepikiran pengen pulang melulu, di kos gak betah, dan sebagainya yang kalau didaftar listnya bakal panjang. Begitu pula dengan minggu-minggu berikutnya walau proses adaptasi itu sudah mulai menemukan titik keikhlasan demi kehidupan yang lebih baik dengan disertai sebuah pengorbanan kehilangan waktu 3 hari tanpa ada Mas Ganteng di sisi. Ibu mana coba yang tahan lama-lama pisah dari anaknya. Kangen sama anak ngalah-ngalahi kangen sama suami lho.
Dan sampailah pada minggu ke sekian, sejatinya kuliah yang dilakukan di hari jumat dan sabtu ternyata hanya bisa diadakan di hari jumat saja. Praktis hari sabtu bener-bener null, kosong, tanpa kegiatan perkuliahan sama sekali. Padahal tiket bis Solo-Malang sudah dibeli tertera tanggal 3 November 2012 pukul 10pm. Awalnya kalau memang kuliah tidak full hari sabtu sudah berencana ke yogya saja, refreshing sejenak sekalian hunting properti buat foto. Tapi ternyata rasa kangen yg teramat sangat mengalahkan rencana itu. Tiba-tiba terlintas di benak, “aku ingin pulang saja, bagaimanapun caranya aku harus pulang malam ini.” Dan jujur kali ini saya memang ntah kenapa sangat sangat kangen dengan Mas Ganteng. Mungkin karena minggu depan saya mesti balik lagi 4 hari di Solo demi menghadiri workshop dan seminar. Ternyata rasa kangen ini nyetrum, ditinggal ke Solo kali ini menurut laporan sang Ayah, Mas Ganteng agak tidak tenang tidurnya, gelisah, bolak-balik bangun dan sempat susah utk diajak tidur kembali. Makin kangen kan saya jadinya.
Ah kalau ditanya, saya kangen semuanya yang ada di Mas Ganteng. Saya kangen ciumannya, suaranya, dekapannya, tingkah polahnya, kenakalanannya, dan semua-semuanya. Terlebih saya kangen ngeloni dan menyusuinya *i write it while crying*
Jadilah, pulang-pulang di kos setelah kuliah seharian full. Dalam keadaan panik dan terburu-buru dan target paling lambat jam 7 malem saya harus sudah keluar kos utk mencari jalan bagaimana cara pulang ke Malang. Sampai-sampai sempet ngomelin suami karena sedikit tidak mengerti akan kepanikan sang istri nun jauh di sana DEMI PULANG KE MALANG MALAM INI. Tapi ternyata kepanikan itu harus disertai dengan cobaan.
Keluar kos langsung disambut dengan hujan deras sederes-deresnya. Padahal sebelumnya sudah telpon taxi minta dijemput di gang depan yang notabene lokasinya lumayan jauh dari kos. Akhirnya DEMI ARKA, bundanya ini nerobos ujan dengan semangat 2012. Ya lumayan cukup bikin basah jilbab dan bagian bawah gamis. Tapi tidak apa-apa, ini namanya berjuang. Untungnya tidak terlalu lama menunggu taxi yg sdh dipanggil. Dan alhamdulillah ketika sampai di terminal bis masih ada seat kosong di bagian paling belakang. Langsung legaaaaaa rasanya.
Setelah menunggu hampir 3 jam (karena saya keawalan datang demi mengejar tiket) akhirnya disinilah saya. Duduk di bagian paling belakang bis, sibuk ketak-ketik touch screen posting tulisan ini 😀
1 comment
so sweet 🙂