Our Chronicle

Lesson Learned #2: Student-Supervisor Relation

Life in New Zealand Studying in VUW

Lesson Learned #2: Student-Supervisor Relation

by Aditya Nugroho Widiadi October 9, 2017

written by Aditya Nugroho Widiadi

On my previous story, “Lesson Learned #1: Appointment”, I have told you that I have to meet my primary supervisor on Monday. After I sent him an email to inquire about the possibility for me to meet him on that day, I was waiting for about an hour, but I have not received any reply yet. My flatmate from Indonesia (Hadi) invite me to went Campus together—mainly because I did not know yet the way from our flat to VUW. After leaving our flat, practically I did not have any internet access, so I was not able to check my email.

Hadi escorted me to my primary supervisor office in Waiteata Road, and then he left me alone. When I entered the office to meet my supervisor, the front office staff asked me whether I have an appointment or not. I said that I just arrived in Wellington and my supervisor told me that he will be on campus on Monday and be looking forward to meeting me. So the staff make a telephone call to my supervisor and he will pick me up at his office.

October 9, 2017 0 comment

Life in New Zealand Studying in VUW

Lesson Learned #1: Appointment

by Aditya Nugroho Widiadi October 8, 2017

written by Aditya Nugroho Widiadi

Bismillahirrahmanirrahim.

During my time as a student in Indonesia, I didn’t need to make any appointment to meet administrative staffs in campus. I just went straight to the office and served. When I need to meet my undergraduate and master degree supervisors, I have two options. First, make an appointment by telephone call or sent a short message (sms), and they will give me the exact date and time—which is often not on time appointment, so I still need to waiting for a few moment. Second, I just need to waiting for them in the front of their office. If fortunate, they will serve me directly, otherwise I don’t meet them at all because they are not in their office, or I meet them but they don’t want to give a chance to meet because of busy day.

October 8, 2017 2 comments

Life in New Zealand Living in Wellington Studying in VUW

Departure to Wellington

by Aditya Nugroho Widiadi October 7, 2017

written by Aditya Nugroho Widiadi

The day has come. Finally. You may say it’s kind of “The Dream Comes True”!

But, to be honest, the dream that I am waiting for is not like a dream at all, when it’s come to reality. Since I got a Letter of Offer from Victoria University of Wellington on a Sunday afternoon, December 12, 2016, after Dhuhur Prayer, I was totally frightened. Yup, I was very happy but also very sad.

The day that should be the historic moment of my life. Because on the same date—eight years before—to be exact on December 12, 2008, I met my wife for the first time after Jumat Prayer. We should be celebrating our “first met” anniversary with joy and laughter, but my wife was crying because she realized that we will have long distance relationship for few years. Since then I feel sad and cry when I look at my wife and our two sons, notably while they are sleeping.

October 7, 2017 0 comment

Daily Note Family Life Motherhood Story

Menuju Titik Akhir Perjuangan Ibu Paruh Waktu

by Dewi Martha Indria August 5, 2014

written by Dewi Martha Indria

Sejak dua tahun belakangan ini saya sering menyebut diri saya sebagai “ibu paruh waktu”. Walaupun sebenernya tidak ada istilah ibu paruh waktu. Emang ada gitu ya, yang jadi ibu cuma di waktu-waktu tertentu :p Bagi saya, ketika seseorang sudah menikah dan memiliki anak maka seluruh waktunya (bekerja ataupun tidak bekerja) adalah waktu untuk menjalankan peran sebagai ibu. Lalu kenapa saya menyebut diri saya “ibu paruh waktu”? Tak lain dan tak bukan karena dalam dua tahun belakangan ini saya terpaksa harus meninggalkan keluarga setiap wiken demi menuntut ilmu.

Terhitung sejak Agustus 2012, saya memang kembali berstatus sebagai mahasiswa. Tentu saja tidak kembali menjadi mahasiswa S1, tapi mahasiswa dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Memang dari dulu sejak mentas dari kampus sudah pengen balik menjadi anak kampus lagi. Ternyata rezekinya baru datang di tahun 2012, tanpa disangka-sangka institusi tempat saya mengais rezeki meminta (atau lebih tepatnya menyuruh) saya untuk kuliah lagi di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah. Sejatinya, yang seharusnya berangkat kuliah adalah teman kantor saya. Namun, di tengah perjalanan karena dia diterima untuk mengambil residensi di Mata ya sudah deh posisi itu lowong dan akhirnya ditawarin ke saya.

August 5, 2014 0 comment

Skin Care

My Skin Care Adventure

by Dewi Martha Indria August 4, 2014

written by Dewi Martha Indria

Sebenernya saya bukan golongan wanita yang concern banget sama urusan perawatan wajah. Sesekali saja sih menyempatkan diri buat merawat wajah, itupun musim-musiman. Kalau pas lagi rajin ya rajin, klo datang penyakit males ya males. Makanya kadang suka salut saja sama beberapa temen yang rajin banget ngurusin wajahnya, mulai dari pake krim dokter ini itu, pake skin care merk ini dan itu, facial rutin tiap seminggu sekali, bikin masker ini itu, dan sebagainya. Gak tau kenapa tapi saya sering sekali merasa kok kayak sayanya sendiri yang gak ada waktu dan berasa sayang aja keluar duit sekian rupiah cuma buat ngurusin wajah. Buat saya pribadi mah mending uangnya dibeliin buku aja, hahahaha…

Tapi itu dulu………

August 4, 2014 0 comment

Daily Note Family Life Parenting Story

Celoteh Arka

by Dewi Martha Indria January 18, 2014

written by Dewi Martha Indria

Anak kecil mungkin bisa diibaratkan seperti kain kanvas kosong yang masih polos. Kadang-kadang saya tidak pernah menyangka dari balik tubuh kecil, tangan kecil, dan mulut kecilnya itu bisa mengalir berbagai macam celotehan dan celetukan yang campur-campur rasanya. Sesekali saya dibuat senyum dan bahkan sampai tertawa, tapi terkadang juga membuat saya tak sanggup berkata apa-apa. Buat saya, seorang ibu muda yang masih belajar untuk menjadi seorang ibu yang baik, celotehan dan celetukan Arka menjadi sebuah hiburan tersendiri. Kalau boleh berandai-andai, celotehan lucunya ibarat bahan bakar pemicu semangat saya untuk terus berusaha menjadi ibu yang terbaik buat Arka.

Beberapa kali saya sempat menjadikan celotehan Arka sebagai status di akun Facebook. Kali ini saya ingin mencoba mengingat-ingat kembali berbagai celotehan ala anak ganteng yang satu ini.

January 18, 2014 0 comment

Travelogue West Kalimantan

Mendulang Asa di Sungai Kapuas

by Dewi Martha Indria December 17, 2013

written by Dewi Martha Indria

Mungkin bisa dikatakan, tidak ada seorang pun yang tinggal di tanah air tercinta ini yang tidak mengenal sungai yang satu ini. Ya, Sungai Kapuas, mulai dari zaman sekolah dasar dulu pasti nama sungai ini tersebut sebagai sungai terpanjang di Indonesia. Sungai Kapuas atau dikenal juga dengan nama Sungai Batang Lawi memiliki panjang total kurang lebih 1.143 km. Sungai yang terletak di provinsi Kalimantan Barat ini berhulu di Pegunungan Muller dan bermuara di selat Karimata. Sungai yang tidak pernah kering sepanjang tahun ini melintasi daerah Kab. Hulu, Kab. Melawi, Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak, Kubu Raya hingga membelah kota tempat saya dibesarkan, Pontianak.

December 17, 2013 2 comments

Breastfeeding Story Family Life

Belajar Menyusui Sedini Mungkin

by Dewi Martha Indria December 18, 2012

written by Dewi Martha Indria

Kalau ada yang bertanya pada saya,

“kapan sih saya sebaiknya sudah harus belajar tentang menyusui?”Maka jawaban saya akan selalu,

“sedini mungkin”

Lalu kalau ada yang bertanya,

“saya sudah melahirkan, apa masih bisa belajar menyusui?”atau

“Ini anak saya yang kedua, ketiga, dan seterusnya, apa masih bisa belajar menyusui?”

December 18, 2012 1 comment

Daily Note

Tokoh Komik dari Masa Lalu

by Dewi Martha Indria December 5, 2012

written by Dewi Martha Indria

Ada yang tau siapa dia???

Kalau kamu merupakan generasi anak-anak di masa tahun 1985-1990an mestinya sih kenal siapa bapak berjenggot ini. Yap, dialah Pak Janggut.

Pak Janggut adalah nama terjemahan Indonesia dari seri komik Belanda Douwe Dabbert yang diciptakan oleh seniman Piet Wijn dan penulis naskah Thom Roep.

Pak Janggut adalah sesosok orang tua yang berpenampilan seperti kurcaci yang mengalami berbagai macam petualangan yang aneh dimana ia sering berjumpa dengan makhluk gaib. Ia memiliki kantung ajaib darimana ia bisa mengambil barang-barang yang ia perlukan, baik di saat biasa (seperti makanan saat lapar) ataupun benda-benda yang bisa membantunya lolos dari bahaya. Bagi orang lain, kantung ini tidak berisi apa-apa, kecuali jika Pak Janggut mengizinkan orang itu mengambil sesuatu. Dalam beberapa ceritanya, Pak Janggut ditemani oleh seekor Dodo.

Secara keseluruhan, Pak Janggut telah membintangi 23 buku komik. Dari tahun 1975 hingga 2001, cerita-cerita ini diterbitkan sebagai cerita bersambung di majalah mingguan Donald Duck Weekblad. Sebagian dari cerita terakhir digambar oleh Dick Matena karena adanya masalah kesehatan pada Piet Wijn.

Di Amazon komik Pak Janggut dikenal sebagai komik seri berbahasa Inggris : “The Journeys of Danny Doodle”

Wikipedia

Dulu serial Pak Janggut ini pernah dimuat di majalah Bobo sebagai serial bersambung mulai dari tahun 1985-1990an dan kalau gak salah pernah dibuat dalam bentuk album oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Serial ini dulunya jadi salah satu favorit saya selain Oki-Nirmala. Ya, nasib sih, dulu kan majalah anak-anak gak sebanyak kayak sekarang ragamnya. Dulu cuma ada beberapa aja, salah satunya ya Bobo yang kebetulan belinya langganan.

Kenapa tiba-tiba pengen nostalgia ya?

December 5, 2012 0 comment

Load More Posts